Senin, 25 Maret 2013

Hutan Kaltim Tidak Lagi Ramah Bagi Gajah Kerdil

Hutan Kaltim Tidak Lagi Ramah Bagi Gajah Kerdil

Habitat gajah kerdil di Kaltim saat ini dalam proses konversi menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI).
gajah kerdilGajah kerdil (Elephas maximus borneensis) di wilayah Kalimantan. (WWF-Indonesia/Mongabay Indonesia)

Adanya rencana pembukaan lahan dua perusahaan hutan tanaman industri (HTI) di Kalimantan Timur, mengancam populasi gajah kerdil (Elephas maximus borneensis). Kedua perusahaan itu saat ini telah mengantongi izin dan sedang melakukan proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Menurut Agus Suyitno, Human-Elephant Conflict Mitigation Officer WWF-Indonesia Program Kalimantan Timur, pihaknya mendapat dokumen AMDAL tersebut. Berisi usulan konversi hutan tanaman industri di Kecamatan Tulin Onsoi, Nunukan. "Area yang dikonversi itu habitat gajah kerdil," ujar Agus, Sabtu (2/3).

Kawasan yang dikonversi merupakan bagian dari jantung Borneo (Heart of Borneo). Yaitu wilayah yang menjadi komitmen Indonesia, Malaysia, dan Brunei untuk menjaga hutan di Kalimantan. Analisis WWF-Indonesia, lebih dari 70 persen kawasan yang diusulkan dua perusahaan itu merupakan habitat gajah kerdil.

Selain berdampak pada spesies gajah unik ini, penerbitan izin di areal tersebut juga akan berdampak bagi masyarakat sekitar. Sebab, jika kawasan ini dibuka, gajah-gajah liar akan kekurangan pakan alami. "Akibatnya, gajah akan mencari makan di permukiman masyarakat hingga memicu konflik," ujar Agus.

Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan Bambang Wawandono mengharapkan analisis WWF-Indonesia diteruskan pada pihaknya."Bisa dijadikan dasar rekomendasi untuk proses perizinan selanjutanya," kata Bambang.

Ia pun mengakui, pembukaan daerah jeajah gajah kerdil bisa meningkatkan konflik fauna dan manusia. "Harus hati-hati kalau memanfaatkan hutan," ujarnya.

WWF-Indonesia memperkirakan jumlah gajah kerdil hanya mencapai 20 - 80 individu. Gajah ini memiliki daya jelajag hingga ke hutan Malaysia. Sayangnya pada Januari 2013, sepuluh gajah Borneo mati diracun dan diduga terkait perkebunan sawit.

Masyarakat Dayak Agabag di Tulin Onsoi menyebut gajah ini dengan sebutan “Nenek”. Mereka menganggap satwa ini adalah satwa sakral yang tidak boleh diganggu atau dimusuhi.

"Museum" Seni Anyam Kalimantan dalam Wujud Buku


Buku ini sebagai buah riset selama dua dekade dengan kumpulan 1.250 ilustrasi dan foto berwarna.

rumah panjang,anyaman,kalimantanLoteng rumah panjang khas Kalimantan di Sungai Utik digunakan untuk menyimpan berbagai perabotan termasuk aneka hasil anyaman. (Reynold Sumayku/NGI)
Dokumentasi sempurna mengenai seni budaya suatu wilayah harus diusahakan dari riset mendalam dan pengetahuan ekstensif. Inilah yang dilakukan 20 kontributor yang merupakan peneliti dari sepuluh negara berbeda ketika melahirkan buku Plaited Arts form the Borneo Rainforest.
Buku ini sebagai buah riset selama dua dekade dengan kumpulan 1.250 ilustrasi dan foto berwarna mengenai seni anyam Borneo. Dikatakan Wiediantoro, kurator dari Bentara Budaya Jakarta (BBJ), buku ini semacam dokumentasi seni rupa Indonesia yang ada di Kalimantan.
"Buku ini dikerjakan selama 20 tahun, lha ditakutkan anyaman yang ada di dalamnya kini sudah tidak ditemukan lagi," kata Wiediantoro dalam jumpa pers yang digelar di BBJ, Jumat (23/3).
Peluncuran buku Plaited Arts form the Borneo Rainforest dilakukan bersamaan dengan pameran seni dan budaya bertema "Seni Anyam: Adi Kriya Kalimantan." Eksibisi ini dihelat mulai 27 Maret hingga 7 April 2013 di BBJ. Hanya pada 29 Maret saja pameran diliburkan karena hari raya besar.
Setiap harinya akan ada workshop mengenai budaya Kalimantan --pulau berjuluk Seribu Sungai. Kemudian ditutup dengan pesta dayak di hari terakhir penyelenggaraan.
anyaman,kalimantan,kapuasIbu-ibu pergi ke ladang di Sungai Utik, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Masing-masing mengenakan tas punggung dari anyaman rotan yang dikreasikan sendiri. (Reynold Sumayku/NGI)
Anyaman Kalimantan sengaja dipilih karena kondisinya yang kini kritis. Tiap anyaman --tudung, tikar, bakul-- dihasilkan dalam waktu lama dengan proses rumit. Kini, kehadiran seni kriya itu tergantikan oleh produk plastik yang lebih ringkas dan tahan lama.
John McGlynn, salah satu anggota dewan Yayasan Lontar, organisasi independen yang bertujuan mempromosikan sastra dan budaya Indonesia, menyatakan, suatu bangsa bisa disalahkan jika ada kebudayaannya yang pudar. "Kebudayaan itu ciri khas bangsa," tegas McGlynn.
Penerbitan Plaited Arts form the Borneo Rainforest juga turut didukung Yayasan Bhakti Total Bagi Indonesia Lestari. Menurut Eddy Mulyadi sebagai Ketua yayasan ini, buku tersebut menjadi harapan melestarikan kembali anyaman yang hampir punah.

8 Negara "Biang" Penjualan Gading

Kedelapannya yakni Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, Cina, Kenya, Uganda, dan Tanzania. "Gang of eight", demikian mereka dijuluki.
gajah,gading
Perdagangan ilegal gading gajah dan cula badak sudah masuk dalam tahap mengkhawatirkan. Akibat tingginya perdagangan ini, jumlah gajah afrika menurun hingga 62 persen hanya dalam tempo satu dekade. Program Monitoring Illegal Killing of Elephants (MIKE) yang digagas oleh CITES menyebutkan, 17 ribu gajah dibunuh pada tahun 2011 untuk gadingnya.

Dalam Konvensi Perdagangan Internasional Flora dan Fauna Terancam Punah (CITES) di Bangkok, Thailand, yang berlangsung 3 - 14 Maret 2013, ditunjuk delapan negara "biang" penjualan ilegal gading gajah. Tiga di antaranya merupakan negara Asia Tenggara.

Kedelapannya yakni tuan rumah Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, Cina, Kenya, Uganda, dan Tanzania. "Gang of eight", demikian mereka dijuluki, merupakan hasil pecahan negara Afrika yang dianggap sebagai sumber gading dan dijual ke Asia sebagai pembeli utama.
gading,gajah,chinaPekerja di pabrik pengukiran gading di Cina menyelesaikan karya perlambang kemakmuran. Secara sah, China membeli 65,8 ton gading Afrika pada tahun 2008; perburuan liar dan penyelundupan pun meningkat pesat. Investigasi gading dalam Darah Gading di NGI Oktober 2012. (Brent Stirton)
gading,gajah,china


PM Thailand Yingluck Shinawatra menjanjikan ada perubahan kebijakan di negaranya dalam hal perdagangan ilegal gading gajah. Pihaknya juga akan meningkatkan jumlah gajah yang hidup di alam liar sebagai bagian dari menghormati budaya nenek moyang di Thailand.

"Aksi secepatnya dibutuhkan untuk mengatasi tantangan dari populasi gajah. Namun, ini baru bisa terjadi jika ada keinginan politik yang memadai," ujar Holly Dublin dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), Rabu (6/3).

Achim Steiner dari United Nations Environment Programme (UNEP) juga mengkritik agar CITES bisa mengatasi perdagangan gading dengan cara baru. Termasuk dengan melibatkan beragam negara yang dianggap sebagai konsumen produk gading.
(Zika Zakiya. Sumber: CITES.org, Asian Correspondent)


sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/03/8-negara-biang-penjualan-gading-3-di-antaranya-dari-asia